Selasa, September 15, 2009

Mendongeng di Panggung Dangdutan

Bukan panggung dangdutan beneran sih sebetulnya. Hanya saja karena bentuk panggungnya yang tinggi dan berada tepat di tengah-tengah lapangan yang luas mengingatkan devi dengan panggung dangdutan. Ketika melihatnya pertama kali devi langsung terbayang seorang penyanyi dangdut dengan khas dandanan menornya dan baju kurang bahan mereka sedang lenggak-lenggok di panggung itu dengan ratusan penonton bersiul-siul dibawahnya, berteriak-teriak mengikuti irama lagu si penyanyi dan goyangannya…hahaha… But NO! Ini bukan jenis acara hiburan macam itu. Ini adalah sebuah acara roadshow mendongeng yang diadakan untuk memeriahkan hari anak yang jatuh di bulan Juli tahun ini.

Untuk sebuah perayaan hari anak, panggung seperti itu sebenernya terasa ga nyambung. Penonton yang sebagian besar adalah anak-anak (well, ini untuk Hari Anak tokh) sampai harus mendongakkan kepala mereka sedmikian rupa. Alih-alih menikmati acara, yang ada malah kepala pegel-pegel begitu sampai di rumah.


Kalau saja devi sendirian hari itu, devi tentu sudah memilih mendongeng di bawah saja. Tapi syukurlah hari itu devi bersama tim yang memang disiapkan untuk memenuhi undangan yang satu ini. Tim yang satu ke RT lain, dan tim Devi ke RT dengan panggung dangdutan ini. Begitu kami sampai di sana devi dan seorang teman ternyata satu pikiran : Gak salah nih panggungnya???...hahaha… Udah kebaca kalau dia dan devi sama-sama grogi. Maklum amatiran yang belum tentu siap mental jika dihadapkan dengan macam-macam jenis medan perang…eh panggung...hehehe..


Dikepala langsung putar otak, mau bawain cerita apa dan bagaimana. Gimana mau ngajak anak-anak berinteraksi dengan cerita kalau untuk naik ke atas panggungnya saja butuh kerja keras. Jujur devi agak ngeri pas menginjak tangga panggung itu. Udah kecil, ga ada pegangan, dan dari satu anak tangga ke anak tangga berikutnya tinggi pula. Ga kebayang deh kalo waktu itu tim Pak Raden yang dapat di tempat itu. Kalau ada yang jatuh siapa yang mau tanggung jawab???...hehehe..


Tapi ini jadi pengalaman yang menarik. Dulu pernah juga dongeng dengan panggung tinggi seperti ini, meskipun yang ini teteup lebih tinggi sih, dan devi berhasil menghindar dengan meminta panitia supaya devi dongeng di bawah aja. Tapi kali ini dakuw tak bisa lari…hiks… Ya sudah maju terus pantang mundur. Tokh devi berame-rame ini.


Tiga cerita yang kami bawakan ternyata cukup sukses juga. Bisa menahan beberapa puluh anak untuk tetap berada di bawah panggung itu menonton kami ditengah teriknya matahari di siang bolong. (Salut deh buat anak-anak itu!!). Dan kami bisa juga mengajak mereka bersama-sama terlibat dalam cerita. Ternyata mereka begitu antusias untuk bisa naik ke atas pangung. Well, untuk hal-hal menantang dan berbahaya anak-anak pasti akan dengan senang hati menyambutnya. Begitu juga ketika mereka mendapat tawaran ikut bersama kami naik ke atas panggung tinggi itu, wah mereka semangat sekali! Mungkin bukan karena ceritanya tapi lebih karena nanti setelah selesai cerita mereka bisa loncat dari atas ke bawah. Bagian itu lebih menarik dari cerita kami sepertinya, dengan menimbang bagaimana antusiasnya mereka untuk melompat begitu cerita berakhir…hehehe…


Enggak lah, cerita yang kami bawakan masih tetap menarik buat anak-anak itu dari aksi lompat dari panggung. Mereka bisa menjadi ayam, kambing, kuda dalam cerita Pintu yang Berderit adalah pengalaman tersendiri buat mereka. Mereka menjadi sekawanan kodok, burung dan kera dalam Tarian Pengusir Ular adalah kesenangan tersendiri buat mereka. Panggung “dangdutan” itu telah membawa devi dan anak-anak itu ke sebuah pengalaman tersendiri.


Tapi kalau devi disuruh dongeng di panggung kayak gitu lagi, nanti dulu deh!...hehehe…

Tidak ada komentar: