Senin, Juli 21, 2008

Akhir Pekan Istimewa

Wah wiken (19-20/7) kemarin menyenangkan sekali buat devi. Enggak kok kita ga jalan kemana-mana, atau makan di resto yang mahal. Pengumuman buat semua, devi akhirnya MASAK. Yup! Amazing bukan? Dan sukses. Maksudnya masakannya jadi berwujud..hehehe... Dan rasanya oke lhoo...

Persiapannya butuh waktu satu minggu, mulai dari googling cari resep sampai akhirnya bisa dilaksanakan. Kenapa butuh waktu selama itu? Karena harus membandingkan resep yang satu dengan resep yang lain. Yang mana yang paling mudah...hahahaha...

Dan akhirnya pilihannya jatuh pada PUDING BUSA BUAH...hehehe... segala kebanggaan di atas tadi cuma untuk sebuah puding...hehehe... Iyalah bangga, soalnya devi jadi harus pegang panci dan mixer dalam satu kesempatan yang mana amat sangat jarang terjadi dalam hidup devi (haduh bahasanya berat sekalee yaa). Tapi bener lho untuk sebuah puding itu butuh niat yang benar-benar bulat. Klo enggak bakal seperti yang lain-lain, jadi wacana doang.

Dan inilah resep luar biasa itu yang bikin devi senang luar biasa :

BAHAN:
400 ml susu cair
1 bks agar2 warna putih (7 gram)
2 putih telur ayam
200 gr fruit cocktail kalengan, tiriskan

CARA MEMBUAT:
1. Masak susu, gula dan agar2 sampai mendidih, lalu angkat dan sisihkan
2. Kocok putih telur sampai kaku
3. Masukan susu + gula + agar-agar ke dalam putih telur, sedikit demi sedikit sambil diaduk2 hingga rata (ngga usah pake mixer, pakai sendok/spatula aja ngga apa2, yg penting rata).
4. Masukan fruit cocktail yg sudah ditiriskan
5. Tuang ke dalam cetakan.
6. Tunggu sampai dingin suhu ruangan, masukan ke lemari es.

Jangan ditanya soal rasa. Uenakk! Karena emang pada dasarnya devi suka manis, jadi puding ini cucok banget. (Thanks banget buat yang udah posting resp ini, tapi punten lupa link-nya). Sayangnya ayah and Qaisha ga begitu suka. Ayah malah lebih suka gadoin buah kalengnya. Yo wis, ndak papa. Jadi puding ini belum masuk ke dalam resolusi di awal tahun devi. Pun begitu udah bikin devi semangat masak yang lain lagi.

Selain bikin puding devi juga bikin milkshake coklat. Yang ini lebih gampang lagi...hehehe... Semua bahan tinggal masukin blender and voila!... jadilah. Berikut ini resepnya :

Bahan :
500ml susu
50 gr gula pasir
5 buah biskuit cokelat
6 kotak es batu, hancurkan
¼ liter ice cream chocolate
¼ liter ice cream vanila, untuk toping
buah strawberry segar/ cherry untuk hiasan

Cara membuat :
1. Masak susu, gula, biskuit, es batu, dan ice cream coklat ke dalam blender
2. Blender semua bahan, tuang ke dalam gelas2 tinggi, beri tiap gelas 1 sendok ice creamvanila, hias atasnya dengan strawberry atau buah cherry

Tapi devi mengabaikan bagian hiasan soalnya bawaannya udah pingin langsung minum aja...hehehe... Sempet lupa masukin biskuitnya, tapi ternyata ayah lebih suka ga pake biskuit. Lebih enak katanya.

Selain soal masak-memasak ini, wiken kemaren juga istimewa karena devi sempat "ngobrol" banyak sama Qaisha. Ceritanya belakangan ini Qaisha susah banget makan, nah tiba-tiba hari minggu itu pas bangun dari tidur siang dia tiba-tiba mau roti coklat yang lagi devi makan. Ya udah kita sharing aja. Sambil makan itu tiba-tiba Qaisha mulai ngoceh. Berikut kutipan obrolan kita :
Qaisha (Q) : Chahha wabbatta nmaumma..
Devi (D) : Oh ya? Kapan?
Q : Nanana...chapa..laa..baba
D : Oh jadi ya?
Q : Bebebbaa..ka..nanana...(sambil nunjuk-nunjuk kiri kanan)
D : Yang di sana itu?
Q : Hathatcha babba nnyayyau taauttha auuuthatha
D : Enggak juga sih, kayaknya lebih bagus yang di sana deh
Q :haykakka lallyuual mammautha gagggu lakathuihtak. nyaebjiyhn nayfbjjsyl nsjfregkl llaaujjtakloso. ahyjjsjk mayyjka (dengan gaya nyureng-nyurengnya)
D : Iya sih. qaisha lebih suka yang itu ya?
Q : Dhakkuuma...jahklsoagkldj jtzkalp ejghidjasd kshgyzhs (Sambil ketawa khasnya yang bikin matanya ilang)

Begitulah sekilas obrolan kami sampai akhirnya masuk waktunya Qaisha mandi. (Ga ngerti kan apa yang kita obrolin?...hehehe...) Abis Qaisha mandi dan pake baju baru dari budenya yang di Sunter kita jalan-jalan deh bedua aja, karna ayah hari minggu itu ada meeting organisasi. Tadinya mau muterin empang aja. Tapi tiba-tiba devi dapet ide mau bawa Qaisha ke TK di lingkungan kompleks siapa tahu dibuka. Devi sama sekali ga inget klo TK tersebut deket kandang ayam yang bikin Qaisha trauma sama ayam. Pantesan aja, yang tadinya sepanjang jalan Qaishanya ceria tiba-tiba waktu menuju jalan ke TK dia jadi tegang. Digendongan devi Qaisha megang baju devi kenceng banget dan ga mau devi turunin. Untungnya TK itu lagi ditutup, jadi kita ga bisa lama-lama di sana. Tapi diperjalanan pulang Qaisha udah ceria lagi. Di depan mesjid dekat TK itu Qaisha malah udah mau devi turunin biar jalan sendiri. Tapi ya itu bolak-balik liat kebelakang, takut ada ayam mungkin pikirnya.

Di depan empang kita main lompat-lompatan. Ceritanya mau nangkap burung yang lagi terbang di atas awan. Qaisha seneng liat burung-burung itu dan mulai nunjuk-nunjuk. Ya udah kita main tangkap burung, diambil dari permainan tangkap cicak. Tambah bingung kan?..hehehe.. Itu cuma sebutan kita aja untuk ngasih nama gayanya Qaisha yang lagi mau lompat. Dengan mengambil posisi setengah jongkok, lalu hitung sampai tiga, maka Qaisha akan melompat seoalah-olah mau nangkap cicak (atau burung dalam kasus wiken kemarin). So sepanjang jalan menuju rumah, di depan empang itu kita main tangkap burung. Kalo Qaisha ga diajak jalan kita bisa berhenti lama di satu titik cuma buat main lompat-lompatan itu. Trus pas ada polisi tidur kita main Naik-Turun. Sekalian buat ngajarin Qaisha konsep naik turun devi bikin heboh-hebohan aja. Awas-awas naikkk!, begitu komentar devi klo lagi manaiki polisi tidur yang tingginya ga seberapa itu. And klo turun : Turun..turunn..turunnn. Pokoknya cerewet pisan lah!

Begitu sampai di rumah kita ga langsung masuk, tapi main-main dulu sama mas Rafli, tetangga sebelah rumah. Kita nyanyi-nyanyi Topi Saya Bundar plus peragaannya and joget-joget ning nang ning nung...(hehehe...bingung lagi kan).

Jalan-jalan sore ternyata bikin Qaisha cukup lelah. Malamnya Qaisha ga tidur terlalu malam. Sekitar jam delapan malam dia sudah nyenyak di pelukan devi. Dan devi pun juga jatuh tertidur ngelonin Qaisha. Ah ternyata yang lelah bukan Qaisha aja....zzz...

Selasa, Juli 15, 2008

From Birthday to Wedding

Hmm... berapa lama ya ga ngisi blog ini? Kira-kira hampir 3 bulan. Padahal banyak peristiwa penting yang terjadi. Gara-garanya ga berhasil-berhasil upload foto trus jadi mutung deh. "Ngambeg" ga ngisi-ngisi blog alias jadi males. Tapi thanks to mba Wiwit yang kemarin tiba-tiba nanya alamat blognya Qaisha and sempet edit beberapa kata yang devi salah ketik, devi jadi semangat lagi update blog ini.

Dannnn inilah kisah-kisah yang terjadi sekitar 2 bulan ini... here we go!

Bulan Mei adalah bulan istimewa buat devi. Selain universary, di bulan itu Qaisha lahir di dunia. Lebih awal 2 minggu dari perkiraan dokter. Cukup mengejutkan dan sempet bikin panik karena terasa mules-mulesnya jam 2 pagi. I wasn't sure what was going on at that time. Ga yakin apakah itu tanda-tanda mau melahirkan atau hanya imajinasi saja karna sakiitnya yang timbul tenggelam. Tapi ternyata sakit perutnya semakin menjadi dan semakin sering. Langsung telpon dokter. Devi pun ga bilang mules, bilangnya sakit perut bagian bawah. Dokter Yahya yang selama ini menangani devi akhirnya menyarankan klo sakitnya udah 10 menit sekali langsung aja ke rumah sakit. Ya udah, akhirnya pagi-pagi buta jam 3 kita berangkat ke rumah sakit. Sampai di sana jam 03.30 dan langsung dibawa ke ruang bersalin.

Alhamdulillah persalinannya berjalan lancar. Ayah sempat menemani devi melalui masa-masa mulas yang luar biasa itu meskipun tak sampai akhir. Tak apa, setidaknya ayah melihat dengan kepala sendiri bagaimana seorang wanita harus melalui tahapan-tahapn luar biasa untuk menghantarkan mahluk indah ke dunia ini. Maka tak lama setelah adzan subuh berkumandang, bayi merah mungil itu lahir ke dunia. Penuh haru dan suka cita. Tak bisa dilukiskan bagaimana perasaan devi ketika itu.

Sayang devi belum mengenal IMD (Inisiasi Menyusui Dini) ketika itu, jadi Qaisha hanya sebentar diletakkan di perut devi untuk segera dibawa dan dibersihkan. Tak lama setelah itu devi mendengar ayah mengazankan Qaisha.

Hari itu menjadi hari yang luar biasa. Qaisha Fitria Sabilla menjadi kado pernikahan yang istimewa bagi devi dan ayah. Dan ketika untuk pertama kalinya Qaishan berada didalam pelukan devi dengan balutan selimut rumah sakit, ketika itulah devi merasa jadi wanita seutuhnya. Tak lagi menjadi seorang Devina sendiri, namun juga anak, adik, istri dan ibu dalam waktu yang bersamaan. Keempat peran ini sejak itu harus devi jalani dengan segala kelebihan dan kekurangan devi layaknya hamba Allah.

Devi ga bisa lupa bagaimana rasanya ketika Qaisha pertama kali menyusu pada payudara devi. Sakit, geli campur baur... hehehe.. Ga pernah kebayang deh sebelumnya. Tapi seiring berjalannya waktu devi sangat menikmatinya aktivitas luar biasa itu. Maka sejak itu, seorang malaikat kecil hadir di tengah-tengah kami, membawa kebahagiaan tersendiri. Membuat rumah menjadi lebih berwarna, menghadirkan tawa dan tangis baru serta senyum yang lebih sering terulas di wajah eyang dan pak de.

Tanggal 31 Mei 2008 kemarin ulang tahun pertama Qaisha dan tidak kami rayakan. Hanya mengirimkan sekotak nasi lemak untuk tetangga kiri kanan dan teman-teman Qaisha yang biasanya main di saung. Sebuah buku kecil terbitan KPBA menghantarkan nasi kotak tersebut sebagai tanda maksud dari kiriman tersebut.



Devi juga memesan kue dari Ira, teman kuliah yang tiba-tiba menjadi pebisnis kue yang handal. Pada hari itu Blackforest dengan wajah imut Qaisha dan tokoh Winnie the Pooh sebagai hiasannya datang ke rumah kami bersamaan dengan hadirnya saudara-saudara dan sang embah dari Sunter.


Tak banyak yang kami lakukan di hari itu, selain karena devi sibuk membantu eyang menyiapkan hantaran nasi kotak kami memang tidak menyiapkan sesuatu yang wah. Meskipun begitu, ucapan selamat yang tulus serta kado istimewa dari mbah, pak de, bu de dan sepupu-sepupu Qaisha adalah lebih dari cukup. Sayang mereka dan perhatian mereka merupakan anugrah yang tak mungkin dapat kami meminta lebih.


Menanjak ke bulan berikutnya yaitu bulan Juni. Hari istimewa di bulan Juni adalah ulang tahun eyang. Tak banyak yang bisa devi kasih ke eyang selain ucapan ulang tahun dan sebuah kado dari ayah, devi dan Qaisha. Tak lupa tentunya doa-doa devi untuk eyang setiap hari. Bertahun-tahun devi selalu merepotkan eyang, dan kini pun setelah hadir Qaisha devi masih tetap merepotkan eyang dengan meminta beliau menjaga Qaisha selama devi bekerja. Ah.. resiko devi tetap bekerja setelah memiliki anak, tetap eyang ketiban capeknya.

Di bulan itu juga ada peristiwa penting bagi devi, yaitu menikahnya teman dekat, sahabat kecil, dan tetangga tersayang; Santi. Pernikahannya sederhana dan dilangsungkan di mesjid kompleks rumah. Acara ini sangat istimewa selain karena yang menikah sahabat sendiri tapi juga karena devi banyak dilibatkan di sana. Senangnya bisa turut andil dalam peristiwa penting sahabat kita. Acara pernikahan devi juga banyak dibantu Santi yang waktu itu devi mintai tolong dengan mendadak. Pas hari H-nya devi tetap menggendong Qaisha ke mana-mana. Padahal waktu itu devi harus bergerak ke sana-kemari. Qaisha keliatan fun-fun aja. Karena acaranya di mesjid kami pun jadi banyak bermain-main di sana. Qaisha bahkan sempat tertidur pulas di mesjid dan baru terbangun ketika adzan Dzuhur dikumandangkan.


Santi is one of my dearest friend. Kami tumbuh bersama-sama. Dengannya devi berbagi cerita dan masa kanak-kanak. Santi adalah pendengar setia cerita-cerita devi dulu ketika ia belum bisa membaca. Teman bermain dan memanjat di atas pohon jambu manis dan buah seri. Usia kami terpaut tiga tahun, namun jarak yang tak jauh itu memungkin devi melihatnya tumbuh dan berkembang dari seorang anak kecil menjadi remaja lalu dewasa. Banyak hal yang telah kami bagi. Devi pernah melihatnya tertawa senang, menangis sedih, bahkan letih dalam studi dan kerjanya. Namun satu hal yang selalu devi dapat darinya adalah keceriaan dan optimisme yang tak pernah padam dari sosoknya yang sederhana.

Dan kini ia telah menemukan pendamping hidupnya dan sedang memulai kehidupan barunya. Doa devi semoga rahmat Allah selalu menyertai hari-harinya. Sebenernya agak sedih juga karena setelah menikah ia pindah ke rumahnya sendiri. Sedih juga karena ga bisa denger ketawanya yang kencang yang sampai terdengar ke rumah tetangga, atau senandung-senandung jenakanya ketika ia sedang mencuci di belakang rumahnya. Tapi kalau ingat ia sudah ada yang menjaga, menyayanginya dan membahagiakannya, rasanya devi tidak terlalu sedih lagi.

Hmm...ternyata banyak juga ya peristiwa penting yang terjadi dalam 2 bulan ini. Namun yang lebih penting lagi, dalam kesempatan menulis ini memberikan devi kesempatan untuk merenung dan melihat kembali serta lebih menghargai apa yang sudah devi miliki saat ini. Devi bersyukur sekali bahwa saat ini devi masih dikelilingi oleh orang-orang yang devi sayangi dan menyayangi devi.