Selasa, Februari 26, 2008

Narsisme Seorang Ibu

Akhir bulan ini Qaisha udah memasuki usia 9 bulan. Setiap bertemu orang banyak yang selalu bertanya udah bisa apa Qaisha sekarang. Perlu waktu buat devi untuk berpikir sebelum menjawab pertanyaan itu yang biasanya merupakan pertanyaan sambil lalu, seperti ketika ketemu di lift atau di tengah jalan. Bukannya pertanyaan itu adalah pertanyaan yang sulit dijawab. Sebenernya tinggal ingat tadi malam Qaisha ngapain toh udah bisa menjawab pertanyaan itu. Tapiiii... it's more than that. It's MY daughter you asking! Ga bisa dong devi cuma kasih tahu oo.. qaisha sekarang udah mulai titah, dsb, dsb. Lebih dari itu, karna Qaisha sekarang udah bisa menempati satu ruangan tertentu di hati ini yang selalu mencuri hati, waktu, dan pikiran devi di setiap saatnya, Qaisha juga udah bisa menjamah rasa nyaman devi dengan meletakkan kepalanya di dada devi ketika ia merasa lelah, Qaisha pun sudah bisa merapuhkan kekerasan kepala devi dengan tangannya yang terbuka ketika ia merasa tidak nyaman dengan orang yang tidak dikenalnya, bahkan Qaisha juga sudah bisa melelehkan kebekuan jiwa devi dengan attaataa aawawawa apappaapa-nya yang hanya dimengerti oleh Tuhan dan dia sendiri. Luar biasa!

Benar Qaisha sekarang udah mulai belajar titah, ga salah juga klo devi cerita klo sejak usia 7 bulan Qaisha udah mulai bertepuk-tepuk tangan, dan tak bisa dipungkiri klo kepandaiannya merangkak justru didahului oleh keinginannya untuk berdiri setelah bisa merayap. Tapi itu semua belum sebanding dengan peluh eyang yang tak bisa memincingkan mata barang sebentar ketika tiba-tiba qaisha menghilang dan muncul dibawah kursi, atau keringat heran ayah yang tiba-tiba menemukan qaisha berusaha meraih keramik diatas tumpukkan kado-kado, juga jeritan devi yang sekarang sering terdengar tiba-tiba ketika menyusui Qaisha yang gatal dengan gigi barunya, atau kegemesan pak de dengan celotehnya yang tiada habis.

So, kalo ada orang yang bertanya sudah bisa apa Qaisha sekarang seharusnya dia bersedia menyisihkan waktunya at least setengah jam untuk mendengar sederetan pencapaian Qaisha. Because it's MY daughter you asking.

It's More Than Just Telling a Story

Setelah sekian lama vakum dari semua rapat-rapat KPBA dan sempat dua kali mangkir dari tugas dongeng di RSCM, akhirnya hari Sabtu kemarin (23/2) devi kembali ke rumah sakit itu untuk dongeng. Waktu dikasih tahu jadwal dongeng itu sempat terbesit di kepala apakah masih ada cerita yang devi hapal setelah sekian lama absen? Apalagi sekarang KPBA sudah menentukan judul cerita yang dibawakan. Satu sisi kita yang bertugas jadi ga bingung lagi nyiapin cerita, tapi disisi lain untuk orang yang udah lama vakum kayak devi agak-agak bikin deg-degan juga. Tapi emang dasarnya devi udah kangen banget dongeng ya sudah akhirnya dengan mengumpulkan tekad dan membulatkan niat berangkatlah devi ke RSCM. Syukurnya hari itu Qaisha bangun lebih pagi, jadi devi bisa kasih sarapan dan mandiin Qaisha dulu sebelum berangkat biar eyang ga terlalu repot seperti hari-hari kalo devi berangkat ke kantor.

Setelah sempat mengalami ban kempes dan nyasar, akhirnya sampai juga di RSCM meskipun agak-agak telat. Rani dan Chacha yang jadi partner devi dongeng hari itu sudah sampai duluan dan udah naik ke atas. Rupanya hari itu pasien kamar IRNA kelas 3 lebih banyak diisi oleh bayi sehingga Rani dan Chacha memutuskan untuk dongeng per bed.

Bingung juga awalnya devi mau mulai dari anak yang mana. Tapi mata ini tiba-tiba tertuju pada satu tempat tidur yang didiami oleh seorang bayi mungil. Sebenernya devi ga tahu mau bawain cerita apa untuk bayi karena devi ga bawa buku atau alat dongeng untuk anak di bawah usia satu tahun. Akhirnya devi dekati juga tempat tidur itu karena rasa penasaran dan insting seorang ibu yang juga punya bayi mungil di rumah. Devi cuma ajak ngobrol orang tua bayi itu yang kemudian devi ketahui bernama Rachel. Devi memang ga ada niat untuk mendongeng melihat selang infus yang ada dihidungnya membuat Rachel cuma bisa tertidur saja. Meskipun usianya 6 bulan tapi berat badannya hanya 3,6kg. Dari cerita orang tuanya jantung Rachel bocor, tapi karena BB-nya rendah belum bisa dioperasi. Hari itu rencananya akan dibawa pulang menunggu berat badannya naik. Tapi sayangnya Rachel sejak usia 4 bulan sudah menolak ASI. Devi pikir mungkin Rachel mengalami bingung puting. Namun meskipun kondisinya seperti itu wajahnya terlihat segar, pipinya gemuk dan matanya cerah. Duh Gusti, mudah-mudah Rachel bisa sembuh ya, biar bisa main sama mama-papanya, bisa tumbuh sehat seperti anak-anak yang lain.

Devi jadi inget Qaisha. Syukur luar biasa Qaisha sehat wal afiat. Mudah-mudahan selalu begitu. Minggu lalu waktu Qaisha batuk pilek aja devi sedih banget. Klo sampe Qaisha kenapa-kenapa, duh ga tahu deh devi kayak apa.

Beranjak dari Rachel, devi melempar pandangan ke sekeliling ruangan. Ada anak yang lagi makan dan banyak yang sedang tidur. Namun akhirnya devi bertemu dengan Siti Chaya Rani (nama belakangnya devi agak-agak lupa) yang tempat tidurnya berada dekat pintu masuk. Usianya 10 tahun tapi devi ga tahu dia sakit apa. Karena dia sudah lebih besar devi pikir dia pasti udah bisa baca, makanya devi tanya dulu apa dia mau baca buku sendiri atau mau mendengarkan devi dongeng. Ternyata dia milih dibacain aja karna mulutnya lagi sakit katanya. Waktu itu buku yang devi bawakan adalah Conejito, buku karya Margaret Read MacDonald (my fave storyteller!) yang dibeberapa bagiannya berbahasa Spanyol meskipun buku itu dalam bahasa Inggris. Ya sudah sekalian saja ngajarin bahasa asing ke Cahya, pikir devi, berhubung dia sudah besar. Karena dia sudah bisa baca devi biarkan dia membaca teksnya yang memang sengaja devi tunjuk-tunjuk. Kadang devi juga menggunakan bahasa Inggris di beberapa bagian dan bukan bahasa Indonesia. Hasilnya Cahya cukup tertarik dan mau mengikuti jika devi minta mengulang satu dua kata yang berbahasa Spanyol. Di akhir cerita devi tutup dengan mengulang beberapa kata Spanyol dan artinya. Cahya pun berhasil menghapal kata-kata : Gordito untuk gemuk, Falquito untuk kurus, bahkan 3 bianatang dalam cerita itu dengan bahasa Inggris dan Spanyol meskipun harus melirik ke gambarnya dulu. Tentu saja tak lupa devi kasih puji-pijian jika dia berhasil mengingat satu kata. Duh senangnya hati ini melihat Cahya tersenyum. Ayah cahya yang sedang menunggui cahya di samping tempat tidur pun ikut tersenyum melihat anaknya tersenyum.

Sebagai tambahan cerita devi bawakan cerita Tiga Permintaan yang memang merupakan cerita yang sudah dijadwalkan untuk hari itu. Cerita ini menggunakan kertas lipat (kertas origami) sebagai media cerita, maka pada akhir cerita devi ajarkan juga Cahya membuat angsa dari cerita tersebut. Tangannya yang tertancap infus dengan perlahan mengikuti devi melipat-lipat kertas. Kaku memang, tapi Cahya cukup telaten sampai akhirnya ia berhasil membuat origami angsa berwarna coklat. Harapan devi angsa tersebut bisa sedikit menghiburnya, well at least for that day.

Jujur devi lebih senang mendongeng per bed klo dapet tugas mendongeng di RSCM dari pada dikumpulkan di tengah ruangan. Karna devi bisa mengenal secara pribadi dari yang devi dongengi. Rasanya dongeng sebagai salah satu bentuk bibliotherapy lebih mengena ketika kita bisa memberi sedikit personal touch.

Hmmm…. tapi dari kesemuanya devi jadi bercermin pada diri sendiri. Bahwa ternyata devi punya banyak sekali yang harus devi syukuri. Kesehatan memang nikmat yang luar biasa. Qaisha yang bisa tumbuh sehat dan lincah serta memiliki senyum yang indah itu merupakan harta yang tak ternilai harganya.

Neng Qaisha, tetep tumbuh jadi anak yang sehat ya, neng….

Rabu, Februari 13, 2008

It's Just Common Cold

Sejak hari Senin lalu Qaisha kena batuk. Emang lagi musimnya sih, cuaca Jakarta yang dingin juga mendukung virus batuk & pilek ini. Tengah malam Senin devi udah curiga waktu denger nafas Qaisha yang ada suara grok grok grok. Mau pingin devi langsung uapin, tapi kasian kalo dia malah jadi kebangun dan terganggu tidurnya. Devi perhatiin meskipun ada suara grok-grok tapi dia masih bisa nafas biasa dan tidurnya pun masih tenang. Besok paginya Qaisha bangun ga selincah biasanya, dia agak lemes. Langsung devi kasih minum air hangat dan devi uapin (air hangat yang dikasih minyak kayu putih) dan langsung saja Qaisha jadi meler. Tapi pas devi mau berangkat ke kantor Qaisha jadi agak rewel. Ga mau devi tinggal. Duh sedih deh klo liat dia ga rela ngelepas devi pergi...hiks...

Siangnya sama eyang dibaurin bawang merah yang sedikit ditambah minyak kayu putih. Habis itu Qaisha langsung tertidur pulas, dan bangunnya udah seger kembali dan ga rewel lagi. Mungkin Qaisha kecapean. Devi pulang kantor pun Qaisha udah ketawa-tiwi lagi. Batuknya masih ada sedikit-sedikit.

Hari selasa Qaisha ikut bangun waktu ayah bangun. Dan seperti biasa dia langsung duduk dan ketawa-tawa liat ayahnya. Matanya ngikutin kemana ayahnya pergi sambil terus senyam-senyum. Setelah kemarin Qaisha bangun dengan lemas, liat Qaisha pagi itu seger lagi bikin devi seneng. Batuknya masih ada sedikit-sedikit. Tapi rupanya ingus atau dahaknya agak bandel, klo ga diuap dia ga mau keluar. Langsung devi uap lagi, dan seperti kemaren Qaisha langsung meler. Perut dan punggung devi usap pakai minyak kayu putih, dadanya devi kasih balsen transpulmin biar dia tambah hangat. Abis itu dia langsung tertidur lagi.

Pas tiba dirumah malam harinya devi denger Qaisha lagi ngoceh-ngoceh sendiri. Biasanya klo gini dia udah ngantuk tapi belum bisa tidur, jadi ya itu "mendongeng" dulu kegiatannya. Seteelah semua beres baru devi ajak Qaisha ke tempat tidur. Devi bacain buku kesukaannnya dia 2 kali tau-tau dia udah ngantuk aja dan langsung tertidur. Batuk-batuknya hanya sesekali, tapi suara grok-grok masih ada. Devi masih khawatir dia ga bisa nafas karna hidung tersumbat, tapi alhamdulillah Qaisha tetap bisa tidur seperti biasa.

Pagi ini waktu bangun tiba-tiba batuknya jadi berdahak. Mudah-mudahan itu karena dahaknya emang mau keluar banyak setelah dua hari susah banget keluarnya.

Meskipun tahu batuk Qaisha cuma common cold, tapi tetep aja devi kepikiran juga di kantor. Tiga hari ini devi datang telat ke kantor dan pulangnya tanggo banget. 30 menit sebelum jam kantor berakhir devi udah beres-beresin meja dan absensi pun sudah menganga di monitor, tinggal di click langsung cabut. Habis mau gimana lagi, fitrahnya ibu memang lebih banyak di rumah. Tapi Insya Allah Qaisha udah bisa baikkan lagi beberapa hari ke depan. Aminnnn.

Note : More about common cold at: http://www.mayoclinic.com/print/common-cold/PR00038/METHOD=print

Selasa, Februari 05, 2008

Goyang Qaisha

Tak mau kalah dengan Inul dengan goyang ngebornya, Dewi Persik dengan goyang gergajinya, atau Goyang Karawangnya Iis Karlina, ataupun goyang apapun yang ada di luar sana, ternyata Qaisha juga punya goyang sendiri. Tak ampun-ampun, goyangan ini keluar ketika Qaisha mau ganti pampers. Cukup taruh Qaisha di atas perlak, buka celananya, maka tarrra.... tiba-tiba pinggul Qaisha bergerak ke kanan ke kiri dengan sendirinya. Geal...geol...geal..geol.... Hehehe...

Ada-ada saja tingkah polah Qaisha sekarang. Belum genap 8 bulan tanggal 31 Januari kemarin dalam satu minggu itu kemampuannya sudah bertambah dengan cepat. Awalnya dia sudah bisa merayap perlahan-lahan, besoknya udah menjelajah ke bawah bangku dan 'mengejar' ubin, lalu tiba-tiba dia dia sudah bisa duduk sendiri, dan pada hari yang sama dia sudah mulai mengangkat pantatnya untuk posisi merangkak. Subhanallah...

Dua minggu lalu, tepatnya tanggal 26 Januari 2008, tepat pada hari Qaisha mau imunisasi Hib ketiganya, tiba-tia dia menunjukkan dirinya duduk sendiri tanpa dibantu. Ceritanya hari itu pikiran devi cukup disibukkan dengan urusan tiket kantor -meskipun itu adalah hari sabtu yang notabene libur- yang cukup menyita perhatian. Setelah sibuk bersms ria ke sana ke sini tiba-tiba devi liat Qaisha sudah dalam posisi duduk. Wah kaget banget! Kok bisa, padahal semenit sebelumnya dia masih sibuk merayap-rayap. Karna senang luar biasa devi loncat-loncat ga jelas (hehehe..kebiasaan lama yang susah hilang). Qaishanya sih cuma bengong liat ibunya jingkrak-jingkrak. Dan tiba-tiba...singgg.... Qaisha hampir tumbang menuju lantai. Hehehe.... untung devi langsung sadar dan langsung nahan tubuh Qaisha hingga ga sampai membentur lantai.

Hari-hari belakangan ini kemampuan bisa duduk sendirinya semakin lancar. Malah sekarang senangnya didiriin; berdiri dengan tetap kita pegangin. Ini yang sering bikin eyangnya agak-agak kewalahan, karena harus megangin Qaisha dengan posisi seperti itu ya lumayan capek lah. Tapi klo bisa melihat Qaisha terus-terusan tersenyum dengan posisi itu, capeknya eyang juga bisa kebayar lunas. :)

Kemaren waktu pulang kantor eyang cerita klo sekarang Qaisha udah bisa tepuk tangan. Setiap dinyanyiin Mpo Ame-ame dia langsung tepuk-tepuk tangan sendiri. Ini mungkin juga distimulasi waktu hari minggu sebelumnya kita ke Sunter dan disana selalu diajak nyanyi-nyanyi sambil tepuk-tepuk tangan. Dan akhirnya Qaisha pun bisa ngikutin kita yang juga asik tepuk-tepuk tangan.

Qaisha memang agak sedikit unik. Dia paling ga bisa klo diajarin sesuatu, maunya belajar sendiri. Sampai sekarang kami belum berhasil mengajarinya cium tangan. Sementara sepupunya ketika usianya sama (8 bulan) udah bisa nyium tangan klo ada orang dewasa yang menyodori tangan. Tetangga pun yang usianya cuma terpaut dua minggu lebih muda dari Qaisha udah ngerti "Kiss Bye", sedangakn Qaisha klo ada orang yang melambaikan tangan sama dia dianya cuma ketawa-tawa aja.

Tapi ya itulah Qaisha, senyum dan tawa adalah khasnya dia. Klo bangun tidur dia ga senyum devinya malah jadi khawatir. Neng Qaisha..neng Qaisha....