Setelah sekian lama vakum dari semua rapat-rapat KPBA dan sempat dua kali mangkir dari tugas dongeng di RSCM, akhirnya hari Sabtu kemarin (23/2) devi kembali ke rumah sakit itu untuk dongeng. Waktu dikasih tahu jadwal dongeng itu sempat terbesit di kepala apakah masih ada cerita yang devi hapal setelah sekian lama absen? Apalagi sekarang KPBA sudah menentukan judul cerita yang dibawakan. Satu sisi kita yang bertugas jadi ga bingung lagi nyiapin cerita, tapi disisi lain untuk orang yang udah lama vakum kayak devi agak-agak bikin deg-degan juga. Tapi emang dasarnya devi udah kangen banget dongeng ya sudah akhirnya dengan mengumpulkan tekad dan membulatkan niat berangkatlah devi ke RSCM. Syukurnya hari itu Qaisha bangun lebih pagi, jadi devi bisa kasih sarapan dan mandiin Qaisha dulu sebelum berangkat biar eyang ga terlalu repot seperti hari-hari kalo devi berangkat ke kantor.
Setelah sempat mengalami ban kempes dan nyasar, akhirnya sampai juga di RSCM meskipun agak-agak telat. Rani dan Chacha yang jadi partner devi dongeng hari itu sudah sampai duluan dan udah naik ke atas. Rupanya hari itu pasien kamar IRNA kelas 3 lebih banyak diisi oleh bayi sehingga Rani dan Chacha memutuskan untuk dongeng per bed.
Bingung juga awalnya devi mau mulai dari anak yang mana. Tapi mata ini tiba-tiba tertuju pada satu tempat tidur yang didiami oleh seorang bayi mungil. Sebenernya devi ga tahu mau bawain cerita apa untuk bayi karena devi ga bawa buku atau alat dongeng untuk anak di bawah usia satu tahun. Akhirnya devi dekati juga tempat tidur itu karena rasa penasaran dan insting seorang ibu yang juga punya bayi mungil di rumah. Devi cuma ajak ngobrol orang tua bayi itu yang kemudian devi ketahui bernama Rachel. Devi memang ga ada niat untuk mendongeng melihat selang infus yang ada dihidungnya membuat Rachel cuma bisa tertidur saja. Meskipun usianya 6 bulan tapi berat badannya hanya 3,6kg. Dari cerita orang tuanya jantung Rachel bocor, tapi karena BB-nya rendah belum bisa dioperasi. Hari itu rencananya akan dibawa pulang menunggu berat badannya naik. Tapi sayangnya Rachel sejak usia 4 bulan sudah menolak ASI. Devi pikir mungkin Rachel mengalami bingung puting. Namun meskipun kondisinya seperti itu wajahnya terlihat segar, pipinya gemuk dan matanya cerah. Duh Gusti, mudah-mudah Rachel bisa sembuh ya, biar bisa main sama mama-papanya, bisa tumbuh sehat seperti anak-anak yang lain.
Devi jadi inget Qaisha. Syukur luar biasa Qaisha sehat wal afiat. Mudah-mudahan selalu begitu. Minggu lalu waktu Qaisha batuk pilek aja devi sedih banget. Klo sampe Qaisha kenapa-kenapa, duh ga tahu deh devi kayak apa.
Beranjak dari Rachel, devi melempar pandangan ke sekeliling ruangan. Ada anak yang lagi makan dan banyak yang sedang tidur. Namun akhirnya devi bertemu dengan Siti Chaya Rani (nama belakangnya devi agak-agak lupa) yang tempat tidurnya berada dekat pintu masuk. Usianya 10 tahun tapi devi ga tahu dia sakit apa. Karena dia sudah lebih besar devi pikir dia pasti udah bisa baca, makanya devi tanya dulu apa dia mau baca buku sendiri atau mau mendengarkan devi dongeng. Ternyata dia milih dibacain aja karna mulutnya lagi sakit katanya. Waktu itu buku yang devi bawakan adalah Conejito, buku karya Margaret Read MacDonald (my fave storyteller!) yang dibeberapa bagiannya berbahasa Spanyol meskipun buku itu dalam bahasa Inggris. Ya sudah sekalian saja ngajarin bahasa asing ke Cahya, pikir devi, berhubung dia sudah besar. Karena dia sudah bisa baca devi biarkan dia membaca teksnya yang memang sengaja devi tunjuk-tunjuk. Kadang devi juga menggunakan bahasa Inggris di beberapa bagian dan bukan bahasa Indonesia. Hasilnya Cahya cukup tertarik dan mau mengikuti jika devi minta mengulang satu dua kata yang berbahasa Spanyol. Di akhir cerita devi tutup dengan mengulang beberapa kata Spanyol dan artinya. Cahya pun berhasil menghapal kata-kata : Gordito untuk gemuk, Falquito untuk kurus, bahkan 3 bianatang dalam cerita itu dengan bahasa Inggris dan Spanyol meskipun harus melirik ke gambarnya dulu. Tentu saja tak lupa devi kasih puji-pijian jika dia berhasil mengingat satu kata. Duh senangnya hati ini melihat Cahya tersenyum. Ayah cahya yang sedang menunggui cahya di samping tempat tidur pun ikut tersenyum melihat anaknya tersenyum.
Sebagai tambahan cerita devi bawakan cerita Tiga Permintaan yang memang merupakan cerita yang sudah dijadwalkan untuk hari itu. Cerita ini menggunakan kertas lipat (kertas origami) sebagai media cerita, maka pada akhir cerita devi ajarkan juga Cahya membuat angsa dari cerita tersebut. Tangannya yang tertancap infus dengan perlahan mengikuti devi melipat-lipat kertas. Kaku memang, tapi Cahya cukup telaten sampai akhirnya ia berhasil membuat origami angsa berwarna coklat. Harapan devi angsa tersebut bisa sedikit menghiburnya, well at least for that day.
Jujur devi lebih senang mendongeng per bed klo dapet tugas mendongeng di RSCM dari pada dikumpulkan di tengah ruangan. Karna devi bisa mengenal secara pribadi dari yang devi dongengi. Rasanya dongeng sebagai salah satu bentuk bibliotherapy lebih mengena ketika kita bisa memberi sedikit personal touch.
Hmmm…. tapi dari kesemuanya devi jadi bercermin pada diri sendiri. Bahwa ternyata devi punya banyak sekali yang harus devi syukuri. Kesehatan memang nikmat yang luar biasa. Qaisha yang bisa tumbuh sehat dan lincah serta memiliki senyum yang indah itu merupakan harta yang tak ternilai harganya.
Neng Qaisha, tetep tumbuh jadi anak yang sehat ya, neng….
2 komentar:
tante, nanti Bintang & Luna di-dongeng-in juga ya...
Horeeee.....
Ibu-nya Qaisha udah come back!!!
Posting Komentar