Selasa, Maret 31, 2009

Tantrum itu belum selesai…

Pada Sabtu 28 Maret 2009 pemerintah mengadakan waktu hemat energy dengan menghimbau warga Jakarta untuk mematikan lampu dan alat-alat elektroniknya selama 60 menit. Awalnya devi tidak terlalu menggubris himbauan itu yang devi dapat dari email dan kemudian diulang berkali-kali dalam layar kaca lewat iklan layanan masyarakat. Namun pada waktunya akhirnya devi memtuskan ikut berpartisipasi. Namun tidak di seluruh rumah, karena eyang tidak mungkin lepas dari sinetron kesayangannya dan pak de tidak mungkin mematikan komputernya yang merupakan sarana mata pencahariannya. Akhirnya hanya kamar devi saja yang dimatikan serta semua alat elektronik yang ada di dalamnya dan yang berhubungan dengan listrik – juga tentunya dapur dan kamar mandi yang memang sudah harus mati klo tidak digunakan.

Sepert biasa, Qaisha masih menolak diajak ke atas. Devi memang meninggalkan Qaisha terlebih dahulu di bawah karena devi sudah bilang mau tidur di atas dan bukan sekedar “rayuan” untu mengajaknya naik. Ayah berhasil mengangkatnnya naik meskipun dia berusaha menolak. Begitu masuk kamar pemadaman segera dilakukan. Qaisha mulai merajuk, tapi ayah memang sudah punya akal mau main dengan lilin karena sebelumnya dia begitu tertarik untuk meniupnya. Tapi ternyata ayah punya mainan lain, yaitu senter kecil hadiah pembelian parfum ayah. Sejurus kemudian kami sudah asyik bermain shadow play. Devi memancing ayah untuk membuat bayangan burung karena itu sebenarnya yang paling mudah. Tapi ayah malah berhasil membentuk bayangan-bayangan lain yang devi pikir lebih rumit. Pertama ayah berhasil membentuk kelinci, lalu anjing, kuda, ular dan terakhir burung. Dan semua itu dilakukan ayah hanya dengan menerka-nerka memosiskan jari. Wah, ayah benar-benar cerdas!

Qaisha senang sekali dan terhanyut permainan ini dan lupa pada keinginannya buat turun ke bawah. Dia juga asik bermain senter. Kami berhasil membawanya ke atas tempat tidur dan siap buat posisi tidur. Tapi ternyata dia belum terlalu ngantuk dan mulai rewel lagi. Tangisan pun pecah kembali. Qaisha mulai menarik-narik tangan devi, nama eyang mulai dipanggil-panggil. Devi coba kasih penjelasan klo eyang udah tidur di bawah, tapi dia tetep kekeh memanggil nama eyang. Tangisannya mulai bikin miris lagi. Devi bersikukuh karena tak ingin rewelannya dijadikan senjata oleh Qaisha. Akhirnya eyang datang juga karena takut tangisan Qaisha bakal mengganggu tetangga. Lalu eyang membawanya turun. Semenit kemudian Qaisha langsung jatuh tertidur, kelelahan. Oalaa…Qaisha…Qaisha…

Dan Devi cuma bisa menarik nafas panjang….hhhh…

Tidak ada komentar: