Senin, Maret 23, 2009

The Tantrum....

Sudah hampir memasuki minggu ketiga Qaisha belakangan ini sering mengalami temper tantrum. Paling sering waktu malam mau tidur, dia sering ngamuk kalau diajak ke kamar di atas. Pernah waktu mau digantiin bajunya pas mau tidur karena bajunya kotor banget, dia menolak dengan keras. Nangis sekejer-kejernya kayak orang lagi diapain. Dengan cara paksa devi berhasil membuka bajunya. Tapi dia ambil lagi baju itu dan minta dipakein lagi padahal itu baju udah basah karena devi lempar ke kamar mandi. Dia ngamuk sejadi-jadinya sampe akhirnya muntah banyak. Makanan satu hari itu keluar semua kali ngeliat muntah yang banyak itu. Baru setelah itu dia agak tenang tapi masih nangis sesenggukan. Devi pun berhasil mengganti bajunya dengan damai meskipun hati ini rasanya nelangsa ngeliat dia nangis sampai begitu.

Hari lainnya dia pernah ngamuk menolak tidur di atas. Devi tetep kekeh memaksanya tidur dengan menutup pintu kamar. Devi hanya ingin mengajarkan dia disiplin untuk tidur. Ritual menggosok gigi dan ganti baju udah dilaksanakan. Sampe di atas kita main-main dulu. Devi bacakan buku riwayat nabi-nabi sambil Qaisha nenen. Tapi rupanya dia belum mau tidur dan minta turun lagi. Ga devi kasih, devi mau ngajarin klo ini udah malam dan kita udah mau tidur, devi dan ayah mau istirahat, eyang di bawah juga perlu istirahat, Qaisha juga harus tidur. Tapi tetep dia maksa minta turun. Nangis keras sambil narik tangan ayah. Dengan suara tegas devi menolak, tapi dia tetep memaksa turun. Dia baru agak tenang pas tiba-tiba dia pipis dan akhirnya devi gantiin bajunya. Devi bawa lagi ke tempat tidur, tapi masih ada sisa-sisa penolakan. Akhirnya rasa kantuk mengalahkan keinginannya. Tapi beberapa kali dia terbangun dan mengigau minta dibawa turun. Duh Qaisha….

Klo Qaisha begitu devi suka mati akal. Rasanya sikap keras dan cara mendisiplinkan devi tidak bisa mengena ke Qaisha. Tapi devi juga ga tahu gimana cara mengajarkan disiplin dengan cara yang baik. Devi sendiri juga gak suka klo dipaksa-paksa, apalagi Qaisha. Tapi klo penyampaiannya menyenangkan devi yakin pasti bisa masuk dan bisa mencegah terjadinya tantrum seperti di atas.

Tapi devi ga boleh habis akal. Akhirnya devi coba browsing soal temper tantrum ini. Dari artikel di sini
disebutkan beberapa hal yang menjadi dasar penyebab temper tantrum anak yaitu : mencari perhatian atau lelah, lapar atau tidak nyaman. Di situ juga disebutkan beberapa hal untuk menghindari tantrum. Salah satunya yang berhasil devi laksanakan adalah memberinya kesempatan untuk memilih (control over little thing). Seperti kasusnya tadi malam. Sudah ada tanda-tanda dia akan rewel karena udah ngantuk tapi belum mau tidur. Seperti sebelumnya dia ga mau dipakein baju tapi baju kotornya udah dilepas dan dia dalam keadaan cuma pakai kaus dalam. Pas mau dipakein baju Qaisha menolak dan mulai menangis. Mainannya ga da yang boleh diberesin atau bahkan dipindahin. I try to ignore her weaning. Devi tinggal shalat lalu menunggu. Qaisha juga menunggu. Lalu devi tawarin Qaisha mau pake celana yang panjang atau yang pendek. Sambil dengan gaya rewelnya dia pilih yang pendek. Berhasil… Qaisha mau dipakein celananya. Lalu devi tawarin kaos yang pink atau yang kuning. Dia pilih yang pink. Aha! Devi berhasil makein bajunya tanpa ada tangis yang bikin tetangga bangun….phew!

Memang menghadapi anak ga bisa cuma ngikutin perasaan aja, tapi kepala juga harus tetap dingin. Dan devi termasuk tipe yang lumayan emosional dan cenderung bawa perasaan. Tapi mengetahui apa yang lagi dialami Qaisha cukup membantu devi memutuskan bagaimana harus bersikap kepadanya sesuai kondisi-kondisnya.

Hhhh… I need to learn more ‘bout this motherhood thing…

Tidak ada komentar: