Di atas patas AC 16 devi baca-baca lagi cerita dan 3 buku yang devi bawa. Mengira-ngira gimana devi akan bawain ceritanya. Sedang asik-asiknya masyuk dengan berbagai dongeng dikepala, tiba-tiba ada suara yang menegur ramah dari samping. Oo ternyata pengamen langganan patas AC 16. Ia memang terkenal sangat ramah. Setiap orang yang ditemuinya pasti disapanya dengan ramah. Suaranya sangat khas, serak-serak yang memberatkan tarikan nafas (duh apa sih?). Pokoknya khas deh. Posturnya memang agak tambun, tapi gerakannya lumayan lincah. Setiap penumpang patas AC 16 pasti kenal dengan sosok yang satu ini. Hampir setiap pagi sebelum bis berangkat pasti terdengar suaranya yang sedang asyik ngobrol dengan penumpang yang duduk di kursi belakang. Tapi sampai sekarang devi masih tidak tahu harus memanggilnya dengan panggilan “mbak” atau “mas”. Kalo mau panggil “mas” dia masih terlalu feminim, tapi memanggil dengan “mbak” juga ga pas karena terlalu maskulin. Dari suaranya pun sulit ketahuan karena untuk suara laki-laki, suaranya ga berat, tapi kalo untuk perempuan suaranya juga ga lembut layaknya suara perempuan.
Nah baru hari sabtu itu devi bisa ngobrol dengan “mbak” atau “mas” pengamen ini. Kebetulan devi duduk sendirian di bangku untuk 3 orang. Selesai ngamen dia duduk di sebelah devi lalu mulai bercerita tentang dirinya dan jadwalnya hari itu. Hari itu dia ada janji ketemu orang di Menteng untuk urusan nganter barang ke luar kota. Kemarin dia baru nganter cabe ke Wonosobo dan sampe Jakarta pagi lalu langsung ngamen. Lalu ia juga bercerita bahwa dia sudah pernah ke berbagai kota untuk ngamen. Pernah di Surabaya 4 tahun, Madura sekian tahun, Batam sekian tahun, Deli Serdang sekian tahun, dan untuk semua kota itu pekerjaanya adalah mengamen; atau mungkin kerja serabutan lain. Namun di sisi lain ia adalah orang yang sangat religius. “Saya tidak bisa lepas dengan Tuhan,” katanya suatu kali. Direncananya hari itu pun ada jadwal ke tempat ibadahnya. Menurutnya hidup harus dibuat easy going, “Make it happy aja.”
Devi pun akhirnya mengajak dia ke RSCM dan dia pun tertarik, tapi karena ia sudah ada janji, tidak mungkin mengabulkan undangan mendadak devi. “Bulan depan ya,” katanya bersungguh-sungguh. Hmm…InsyaAllah kalo devi ada adwal ke RSCM dan pas ketemu dia seperti hari itu. Pasti menyenangkan kalo dia bisa ikut ke acara dongeng di RSCM. Pembawaannya yang periang pasti bisa menghibur anak-anak. Dan di taman Suropati pun ia turun.
Sampai di RSCM devi menunggu teman-teman yang lain. Sambil menunggu devi naik ke lantai atas untuk melihat anak-anak yang sedang di rawat, tapi ternyata pintu masuk yang biasanya kami gunakan dikunci. Waduh harus lewat mana jadinya?. Tak lama kemudian Ardian datang dan kami pun menunggu mba Erika. Jam menunjukkan pukul 10.20wib ketika mba Erika datang dan kami pun berputar-putar mencari jalan lain menuju ruang rawat inap kelas 3. Kami mengikuti petunjuk pak satpam dan yang devi ingat hanya belok kanan aja terus. Ga inget tuh ada taman atau ketemu perempatan FKUI dan RSCM, wis pokoknya klo ada belokan ambil kanan aja…hehehe… Dan pak satpam juga ga bilang klo tangga menuju ke ruangan IRNA itu pas hadap-hadapan dengan lorong ke kamar mayat. Wah klo salah belok, salah kamarnya bukan ke sembarang kamar, tapi ke kamar mayat…hiiii…
Alhamdulilah kami ketemu juga dengan kamar IRNA kelas 3 tempat biasa kami dongeng setelah celingak celinguk sana sini. Kami ijin dulu dengan suster yang menjaga. Tanggapan perawat yang acuh dan tidak peduli sudah biasa kami temui. Justru kalau ketemu suster penjaga yang ramah dan dengan senang hati menerima kami mendongeng atau bahkan ikut mendengarkan dongeng itu menjadi hal yang sangat luar biasa sekali.
Setelah itu tiba-tiba ada seorang anak yang minta cerita burung. “Burung apa aja,” katanya mengulang. Putar otak sana sini ga ketemu juga cerita burung yang devi tahu. Sementara itu mba Erika melanjutkan dengan cerita jari. Mencoba mengalihkan permintaan anak tadi dengan cerita kelinci. Tapi setelah cerita jari itu dia tetap minta cerita burung. Otak ini terus mengais-ngais ingatan tentang cerita yang devi kenal yang berhubungan dengan burung. Ada
Selesai tiga cerita dia atas lalu dilanjutkan dengan kegiatan bikin kerajinan tangan. Kali ini bikin nama dengan menggunakan kertas hias. Untuk kegiatan ini beberapa ibu-ibu cukup antusias membuatkan nama untuk nama anak-anak mereka. Banyak yang minta lem, gunting dan kertas hiasnya. Lumayanlah buat menghilangkan rasa jenuh mereka dengan suasana rumah sakit.
Tapi entah kenapa hari itu banyak sekali yang berteriak kesakitan. Disela-sela cerita beberapa kali terdengar tangisan anak yang juga diikuti dengan teriakan…”sakit…sakit..” Duh sedih banget rasanya. Devi jadi ga konsen cerita jadinya. Hati ini rasanya periiih banget. Ga kebayang gimana kalo devi yang berada di posisi mereka. Ada satu pasien yang sepertinya sudah cukup besar yang tiba-tiba terbangun dari tidurnya dan tiba berteriak-teriak dengan gumaman yang tidak jelas. Duh bener-bener deh ga tega. Baru sekali itu dongeng di RSCM bertemu dengan kondisi yang seperti itu. Benar-benar harus siap menghadapi segala situasi…terutama mental nieh.
Ada peraturan baru sekarang di RSCM. Sekarang tidak boleh lagi mengambil foto, entah kenapa alasannya. Devi sempat mengambil beberapa gambar tapi tak berapa lama suster penjaga sudah menegur kami. Mungkin takut disalah gunakan atau apa. Atau memang sekarang udah tambah ketat ya di sana. Pintu akses yang biasanya kami lewati yang hari itu tiba-tiba dikunci, juga pelarangan ini mungkin salah satu pengetatan itu. Entahlah.. Hanya foto-foto ini yang sempat kami ambil.
Yang jelas sabtu itu sudah membawa cerita baru dalam hidup devi. Dan devi diberi kesempatan bertemu dengan orang-orang baru yang memberi nuansa tersendiri di sudut memori dan relung hati ini…
Ada peraturan baru sekarang di RSCM. Sekarang tidak boleh lagi mengambil foto, entah kenapa alasannya. Devi sempat mengambil beberapa gambar tapi tak berapa lama suster penjaga sudah menegur kami. Mungkin takut disalah gunakan atau apa. Atau memang sekarang udah tambah ketat ya di sana. Pintu akses yang biasanya kami lewati yang hari itu tiba-tiba dikunci, juga pelarangan ini mungkin salah satu pengetatan itu. Entahlah.. Hanya foto-foto ini yang sempat kami ambil.
Yang jelas sabtu itu sudah membawa cerita baru dalam hidup devi. Dan devi diberi kesempatan bertemu dengan orang-orang baru yang memberi nuansa tersendiri di sudut memori dan relung hati ini…
1 komentar:
Kalo untuk urusan hobi memang sulit menolak, kadung senang sih. Teruskan mendongengnya ya...anugerah lho. oya anak-anak itu mungkin punya dongeng sendiri dev mengenai rumah sakit...mungkin mereka punya teman imajinasi, mreka pernah cerita nggak?
Posting Komentar