Jumat, April 11, 2008

Another Name for Friendship

Qaisha sayang..
Tanggal 10 April kemarin adalah ulang tahunnya tante Niken yang ke 29.
Ulang tahunnya hanya berbeda 7 hari dengan ibu.

Kami bertemu pertama kali di bangku kuliah.
lalu terus berlanjut sampai sekarang.
Awalnya ibu mengenalnya sebagai pribadi yang senang menyendiri.
Asyik dengan dirinya sendiri.
Acuh tapi tak benar-benar indeference.
Tapi ternyata seiring berjalannya waktu ibu baru mengetahui kelembutan hatinya.
Ternyata ia orang yang sangat menghargai persahabatan.

Ia seorang pribadi yang unik dengan keunikannya.
Ia cerdas dengan segala kekhasannya.
Dan mampu menangkap keistimewaan dalam ke-biasa-an.

Ia seorang yang pendiam.
Tak banyak berolah bicara.
Tapi dalam olah kata dan kalimat ia layaknya seorang guru bagi ibu.
Pena dan kertas adalah tempatnya melepaskan segala daya pikir dan rasa-nya
yang tak mampu ditampung oleh bicara.
Tulisan-tulisannya kadang membuat ibu tercengang.

Bagi ibu, ia tak hanya seorang teman,
ia juga adalah tempat ibu berkeluh kesah,
bertukar pikiran,
berbagi asa dan rasa.
Selalu dari berbincang dengannya lah ibu merasa kaya akan pengetahuan.
Bercerita dengannya lah ibu merasa memiliki tempat berbagi.
Keluarganya seperti keluarga ibu sendiri.
Ibunya seperti ibu kedua bagi ibu.
Rumahnya selayaknya rumah kedua ibu.
Tempat ibu melarikan diri dari kejenuhan,
kebingungan,
kebimbangan.
Terutama ketika masa-masa menulis skripsi yang tak kunjung kelar ketika itu.

Qaisha sayang...
Darinya lah ibu belajar menjadi manusia mandiri dan memiliki sikap sendiri.
Belajar menjadi pribadi seutuhnya.
Dan bekerja keras untuk mencapai yang kita mau dan cita-citakan.

Ketika tante Niken berhasil menamatkan S2-nya dengan predikat Cum Laude,
betapa bahagianya ibu mendengar kabar itu.
Ibu merasa terhormat bisa menemaninya dalam acara wisudanya di Balairung UI.
Ingin rasanya ibu mengumumkan pada orang-orang ketika melihat namanya terpampang di layar televisi sebagai salah satu dari 5 lulusan terbaik di Kajian Wanita UI tahun itu.
Ia memang sosok yang haus akan ilmu.
Contoh lah ia dalam ketekunan menimba ilmu.

Namun tak jarang kami harus terpisahkan jarak dalam sepanjang kami merajut pertemanan.
Ketika tante Niken memutuskan bekerja di perusahaan asing di luar jakarta,
surat-surat bertulis tanganlah yang mengabarkan bagaimana kondisi kami masing-masing.
Ketika ia memutuskan bekerja di LSM di sebuah kota kecintaan ibu untuk memuaskan rasa haus petualangannya,
surat-surat elektronik lah yang tetap setia bercerita akan kisah kami masing-masing.
Meski begitu,
ia selalu hadir pada masa-masa penting hidup ibu.
Di pernikahan ibu, ia adalah orang yang bisa ibu mintai tolong dalam keadaan mendesak.
Ketika kau lahir, ia pun segera terbang untuk melihat mu.
Ia bahkan punya panggilan khusus untuk mu.
Sabil.
Begitulah ia memanggil mu.

Qaisha sayang...
Jikalau kau sempat bertemu dengannya,
sayangilah ia selayaknya kau menyayangi ibu.
Hormatilah ia seperti engkau menghormati ibu mu.
Karna sering ketika ibu dalam kondisi terjepit dan bingung
ibu selalu dapat mengandalkannya.
Bagi ibu,
Niken Lestari is another name for friendship.

Teruntuk Niken Lestari.
Selamat Ulang Tahun.
Semoga Allah selalu melindungi mu, dan berkah Nya selalu menyertai mu.
Aminnnn.
Thank you for everything.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Selamat ulang Tahun Juga ibu-nya Qaisha...
semoga tambah disayang Qaisha dan Ayah Slamet. Sehat selalu, murah rizqi, dan selalu disayang Allah SWT. daaan selalu baik sama ibunya Thea & Tara... xixixi

Mama Bintang Luna mengatakan...

pepatah bilang, "a friend in need is a friend indeed". Betul gak, tante? (psst.. tante, itu artinya apa ya? abis Bintang & Luna bacanya dari kartu kata2 mutiara he..he..

Met Ultah juga, Tante.